Selasa, 19 Mei 2015

si cantik dan si buruk rupa

     Pada zaman dahulu disebuah kota tinggalah keluarga yang kaya raya dan terhormat. Tetapi pada suatu hari habislah harta benda dan rumah mereka karena kebakaran. Akhirnya mereka terpaksa tinggal disebuah rumah kecil didalam hutan. Anak-anak yang tidak pernah bekerja diladang merasa tidak senang. Beauty adalah si bungsu yang baik hati dan selalu tersenyum. Dengan senang hati ia membantu ayahnya. Pada suatu hari datanglah kabar gembira bahwa kapal laut mereka telah kembali dan membawa hasil penjualan mereka. Dengan gembira ayah segera berangkat ke pelabuhan. "Wah... bagaikan mimpi," katanya. Kemudian anak-anak pun meminta oleh-oleh berupa pakaian dan permata kepada ayahnya. Sang ayah pun segera menulis semua pesanan anak-anaknya. Tetapi Beauty hanya berkata, "Karena ayah sudah terlalu banyak pesanan kakak, saya hanya ingin dibawakan setangkai bunga mawar." Akhirnya ayah pun pergi. "Ayah berangkat ya!" katanya.

     Tetapi begitu tiba dipelabuhan, seorang telah mencuri uang miliknya. Ayah sangat kecewa. Ditengah perjalanan pulang terjadilah badai salju sehingga ayah tersesat dihutan. Malam itu terjadi sebuah keanehan. Ayah melewati jalan menuju ke istana yang megah dan ia seperti terpancing untuk masuk ke dalam istana itu. "Selamat malam! Apa ada orang disini?" Tetapi tak seorang pun yang menjawab. Begitu ayah masuk ke dalam tampaklah diatas meja berjajar hidangan mewah yang enak. Tanpa pikir panjang ayah langsung menyantap makanan itu. "Hem... perutku sangat kenyang." Ayah yang kelelahan akhirnya tertidur. Keesokan harinya ketika ayah terbanpun tampaklah bunga mawar cantik yang sedang mekar dihalaman istana itu. "Oh ya! Aku akan membawakan Beauty oleh-oleh setangkai bunga mawar." Kemudian ayah memetik setangkai mawar. Tiba-tiba "Graoo!" Terdengar suara raungan yang sangat menakutkan.

     Kemudian tampaklah seekor binatang buas bertaring yang menyeramkan. "Kau telah memakan makananku, tidur dikamarku, dan mencuri bunga mawar kesayanganku! Aku tak bisa memaafkanmu!" Ayah minta ampun sambil berlutut. "Saya hanya memenuhi keinginan Beauty anak saya yang bungsu, ampuni saya." "Tidak bisa! Namun kalau seorang anak gadismu kau serahkan kepadaku, kau akan ku ampuni. Tetapi jangan coba-coba menipuku. Bawalah anakmu itu olehmu sendiri kesini pada saat salju turun. Kalau kau mengingkari janji, nyawamu dan keenang anakmu tak akan selamat. Mengerti? Nah sekarang pulanglah dan bawalah semua oleh-oleh ini untuk anakmu." Lalu ayah menaikan barang-barang pesanan anak-anaknya ke atas kuda. Ayah juga membawa setangkai bunga mawar untuk Beauty. Ayah pulang ke rumah dengan diantar oleh si Buruk Rupa sampai ke ujung hutan. "Ayah pulang..." Seluruh anak-anaknya menyambut dengan gembira.

     Setelah menyerahkan oleh-oleh, ayah segera menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya. "Apa? Salah satu dari kami? Kalau begitu Beauty saja, sebab dialah yang meminta bunga mawar itu!" ujar kakak-kakak Beauty menolak. Beauty yang berhati lembut menghibur ayahnya yang sedang cemas. "Ayah maafkan saya. Gara-gara saya semuanya menjadi khawatir. Biarkan saya pergi." Kemudian Beauty berangkat bersama ayahnya dengan mengendarai kuda menuju istana si Buruk Rupa. Ketika hari telah gelap Beauty dan ayahnya tiba diistana itu. "Wow! Istananya mengagumkan." Mereka masuk ke dalam istana. Di ruang keluarga telah tersedia makanan enak yang mengundang selera keduanya. Tiba-tiba "brak bruk" Terdengar suara langkah kaki yang berdebum. Beauty yang melihat wajah si Buruk Rupa gemetar ketakutan. "Perkenankanlah... Aku Beauty." Dengan gemetar Beauty memperkenalkan diri sambil menenangkan dirinya yang sangat ketakutan. Si Buruk Rupa tetap menatap wajah Beauty yang cantik jelita.

     Ia kemudian menyerahkan hadiah yang sangat banyak sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ayahnya. Beauty mengantarkan ayahnya pulang sambil menangis. Si Buruk Rupa kagum akan kesungguhan hati Beauty yang telah ditinggalkan ayahnya. Beauty yang ditinggal sendirian merasa sangat takut serta kesepian. Akhirnya ia pun tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan pangeran tampan, sang pangeran meminta tolong pada Beauty. "Tolonglah aku! Jangan tertipu dengan penglihatan. Sadarkan aku yang sebenarnya." Keesokan harinya si Buruk Rupa telah berada didepan Beauty. Sambil menyodorkan makan pagi ia berkata, "Wah! Kau benar-benar baik hati." Si Buruk Rupa bersikap sangat baik sehingga Beauty hidup dengan senang diistananya yang besar. Lama-kelamaan Beauty dan si Buruk Rupa menjadi sahabat. Pada suatu hari si Buruk Rupa berkata "Beauty, maukah kau menikah denganku?"

     Beauty teringat akan pangeran yang muncul dalam mimpinya. Ia pun menggelengkan kepala. Si Buruk Rupa pergi dengan wajah sedih. Malam itu ketika Beauty tertidur, pangeran tampan muncul kembali dalam mimpinya sambil berkata dengan wajah sedih. "Beauty tolonglah aku!" "Apa yang harus kulakukan untuk menolongmu?" Pada saat itu ketika ia terjaga, si Buruk Rupa telah berada didepannya dan kembali mengajaknya menikah. Ia menggelengkan kepalanya lagi karena ingat kembali kepada sang pangeran. Pada suatu hari Beauty sangat merindukan ayah dan kakak-kakaknya dan ingin bertemu dengan mereka. Kemudia ia meminta izin kepada si Buruk Rupa. Dengan sedih si Buruk Rupa melepaskannya. "Pulanglah kembali kesini. Kalau kau tidak pulang lagi maka aku akan mati." Pagi harinya si Buruk Rupa mengantarkan Beauty dan menaikkanya ke atas kuda putih.

     "Kuda ini akan mengantarkan sampai ke rumah." Kuda itu mengantarkan Beauty ke sebuah rumah yang cukup megah. Awalnya Beauty tidak tahu itu rumah siapa namun tiba-tiba kakak-kakak Beauty keluar dari rumah itu dan menyambut kepulangan Beauty dengan sangat gembira. Kakaknya mengatakan bahwa itu rumah mereka yang baru dari pemberian si Buruk Rupa dan ayahnya yang memulai usaha dari awal lagi. Karena kegembiraan berkumpul dengan keluarganya Beauty lupa waktu. Pada suatu malam Beauty bermimpi tentang si Buruk Rupa yang sedang sedih. Beauty terjaga dari tidurnya. "Wah gawat! Aku lupa pulang dan telah melanggar janjiku." Beauty mengemukakan alasannya kepada ayah dan saudaranya untuk kembali ke istana. "Bagaimanapun si Buruk Rupa sangat baik hati." Beauty berpamitan kepada keluarganya dan segera menunggangi kuda putihnya kembali ke istana si Buruk Rupa. Setibanya diistana Beauty tidak melihat keberadaan si Buruk Rupa lalu ia mencarinya disetiap sudut istana.

     Ditempat tidur ternyata si Buruk Rupa tengah jatuh sakit. Sudah beberapa hari dia menderita sakit. Badanya kurus kering dan hampir meninggal dunia. Betapa kagetnya Beauty melihat si Buruk Rupa yang lemah seperti tak berdaya lagi. Ketika si Buruk Rupa melihat Beauty ia langsung menjulurkan tangan menyambutnya. Dengan tatapan yang sayu ia berkata pada Beauty, "Maukah engkau menjadi istriku Beauty?" Beauty yang merasa iba spontan menganggukkan kepalanya sambil berkata "ya!" Tiba-tiba suasananya menjadi gelap. Terdengar suara petir menyambar diluar istana. Tidak lama kemudian suasana pun menjadi terang kembali. Ditempat tidur tersebut yang berbaring bukanlah si Buruk Rupa tadi melainkan pangeran tampan yang selama ini ia temui dalam mimpinya. Kemudian pangeran itu duduk disamping Beauty dan berkata kepadanya dengan perkataan penuh kasih sayang.

     "Beauty terima kasih. Aku telah disihir oleh penyihir jahat menjadi si Buruk Rupa. Sihir itu bisa lenyap apabila ada seorang gadis yang berhati lembut mau menikah denganku. Aku benar-benar mengucapkan banyak terima kasih." Para pengawal istana yang telah disihir menjadi tikus pun berubah menjadi manusia. Setelah semuanya berubah ke wujud semula, sang Pangeran pun memperkenalkan Beauty kepada raja dan ratu. Sang raja merestui hubungan mereka. Pangeran dan Beauty melangsungkan pernikahan megah yang dihadiri keluarga dan seluruh rakyat kerajaan.

Judul         :  Si Cantik dan Si Buruk Rupa. 
Seri           :  Buku dongen anak. 
Penulis     :  Shogo Hirata. 
Penerbit   :  PT. Elex Media Komputindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar