Ada perbedaan dengan Gereja Katolik Roma namun banyak pula persamaannya. Kalangan Kristen lainnya cenderung menganggap bahwa perbedaan utamanya ialah bahwa Gereja Ortodoks banyak menekankan
ritus dan
doa dalam bahasa tertentu, terutama dalam
Bahasa Yunani Kuno atau "Bahasa Slavonik Kuno Gerejawi" (
Old Church Slavonic). Sebenarnya Gereja Ortodoks menganut prinsip bahwa
ibadah atau
liturgi hendaknya dimengerti oleh umat. Oleh karena itu sejak permulaan, Gereja Ortodoks mendukung usaha penerjemahan
Kitab Suci dan liturgi ke bahasa setempat. Bahasa Yunani Perjanjian Baru (
bahasa Yunani Koine) adalah bahasa asli Kitab Suci
Perjanjian Baru, jadi bahasa ini menduduki tempat khusus dalam kehidupan Gereja. Namun, di Yunani sekarang ibadah dirayakan dalam bahasa Yunani yang dimengerti umat, bukan bahasa Yunani abad pertama.
Pemakaian bahasa Slavonik sebenarnya merupakan bukti prinsip penerjemahan tersebut. Santo Cyril dan Santo Methodius menyebarkan agama Kristen (Ortodoks) ke bangsa-bangsa
Slavia (
Eropa Timur) pada abad ke-10 dan menerjemahkan Kitab Suci dan liturgi ke bahasa mereka saat itu. Bahasa Slavonik yang dipakai mereka menjadi semacam bahasa klasik bagi bangsa-bangsa Slavia termasuk Rusia. Walau mungkin gereja-gereja di sana masih memakai bahasa Slavonik Kuno, secara prinsip Gereja Ortodoks menekankan bahwa bahasa liturgi hendaklah dimengerti oleh umat. Gereja-gereja Ortodoks di Eropa Barat, Amerika dan Asia biasanya memakai bahasa setempat.
Lalu
teologi gereja Ortodoks lebih bersifat mistik. Gereja-gereja Ortodoks juga cenderung menjadi gereja nasional, misalkan Gereja Ortodoks Rusia,
Yunani dan sebagainya.
Berdasarkan jumlah umat, Ortodoksi Timur adalah komunitas Kristiani terbesar kedua di dunia sesudah
Gereja Katolik Roma.
[1] Estimasi paling umum mengenai jumlah umat Kristen Ortodoks Timur di seluruh dunia berkisar antara 225-300 juta jiwa
[2]. Ortodoksi Timur adalah agama tunggal terbesar di
Belarusia (89%),
Bulgaria (86%), Republik
Siprus (88%),
Georgia (89%),
Yunani (98%),
Republik Makedonia (70%),
Moldova (98%),
Montenegro (84%),
Romania (89%),
Rusia (88%),
Serbia (88%), dan
Ukraina (83%).
[3] Ortodoksi Timur juga merupakan agama dominan di
Republika Srpska (92%) entitas di
Bosnia dan Herzegovina, serta agama dominan di
Kazakhstan Utara (48% dari populasi
Kazakhstan). Selain itu, ada pula sejumlah besar komunitas Ortodoks di
Afrika,
Asia,
Australia,
Amerika Utara, dan
Amerika Selatan.
Gereja-Gereja Ortodoks mengklaim diri sebagai kelanjutan dari jemaah Kristiani perdana, yang didirikan oleh
Yesus Kristus sendiri serta para Rasul-Nya. Namun, perlu diperhatikan bahwa ada dua persekutuan Ortodoks yang berbeda. Persekutuan Ortodoks yang pertama dan yang terbesar adalah yang disebut Gereja Ortodoks Timur, yakni gereja-gereja Ortodoks yang menerima hasil ketujuh
Konsili ekumenisseperti
Gereja Katolik Roma. Komunitas Ortodoks yang lain dibedakan dari Ortodoksi Timur dengan menggunakan sebutan
Gereja Ortodoks Oriental. Ortodoksi Oriental hanya menerima hasil dari 3 Konsili Ekumenis yang pertama, yaitu
Konsili Nicea I,
Konsili Konstantinopel I, dan
Konsili Efesus. Komunitas ini terpisah setelah beberapa
Uskup peserta
Konsili Khalsedon memutuskan untuk tidak menerima hasil Konsili tersebut.
Persamaan dengan Gereja Katolik Roma ialah Gereja Ortodoks mengakui semua keputusan-keputusan ke-7
Konsili Ekumenis sebelum tahun 1054. Misalkan
Doa Syahadat Nicea juga dipakai tetapi tanpa kata
filioque yang merupakan tambahan dari Katolik Roma tanpa persetujuan dari 4 Patriarkh di Timur. Imam Gereja Ortodoks dan
Gereja Katolik Ritus Timur diizinkan menikah, namun para uskupnya dipilih hanya dari mereka yang selibat (tidak menikah).
Semenjak perpecahan Gereja Ortodoks sering bertikai dengan Gereja Barat. Bahkan ketika Konstantinopel direbut orang
Turki pada tahun
1453, orang Barat tidak membantu.
Lalu semenjak tahun
1917 dengan
Revolusi Oktober di
Rusia, Gereja Ortodoks Rusia mulai ditindas dengan kejam oleh
rezim komunis. Banyak rohaniwan dibunuh atau dideportasi ke
Siberia. Gedung-gedung gereja banyak yang berubah fungsi menjadi tempat-tempat lain, bahkan kadang-kadang dipakai sebagai
penjara. Mereka baru boleh bebas beribadah lagi pada awal
dasawarsa terakhir
abad ke-20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar